Bagaimana tidak, kucing dahulu kalau buang hajat selalu mengais-ngais tanah dulu. Setelah acara 'hajatan' selesai ia akan menutupnya dengan tanah. Dengan begitu, makhluk-makhuk lain tak akan melihat dan membaui "hasil hajat"nya secara jelas. Jadi kucing dahulu mempunyai adab (meski lebih tepatnya "custom alias habitual atawa kebiasaan") buang hajat di mana adab itu sangat mencerminkan rasa toleransi, menghargai indra penglihatan dan penciuman makhluk lain.
Berbeda dengan kucing dahulu, kucing jaman sekarang seperti kehilangan "adab" atau kebiasaan yang baik dalam membuang hajat. Sering mata saya terperosok pada hasil hajat sang kucing yang berceceran nggak nggenah. Belum lagi aromanya yang sangat menusuk perut. Beuhh. Benar-benar tidak bisa bertoleransi dengan makhluk lain ini kucing. Geram tingkat Dewa.
Entah kenapa kucing jaman sekarang malah kurang "beradab" dari para pendahulunya. Apakah karena para pendahulunya itu tidak mengajarinya, tidak memberi contoh secara riil, atau karena kucing jaman sekarang susah dikasih tahu alias bawel yaa??
No comments:
Post a Comment