Wednesday, February 27, 2013

Jangan Panggil Aku SULE


Sepupu cowok kecil maen ke rumah.
Di rumah, ia dipanggil sama ibuk, "Le*, mau bakso apa enggak?"
"Kok 'Le', aku kan bukan Sule," gerutu si sepupu kecil.
Si sepupu kecil pun lapor sama ayahnya, "Budhe kok gitu sih, masa dari tadi manggil aku 'Sule, Sule' terus."
Mendengar penuturan anaknya, sang ayah pun ketawa, "Hahahahahaa.. di sini itu 'Le' sama dengan 'Nang*', jadi Budhemu bermaksud bilang 'nang', bukan Sule."
"Ah, tauk ah. Pokoknya aku ga mau dipanggil Sule lagi," ujar si sepupu kecil sambil meneruskan bermainnya.


*Le, Nang = kata sapaan untuk anak laki-laki kecil


(cuilan kisah lebaran 2012)

Tuesday, February 26, 2013

Allah, The Most Merciful

Bersyukurlah, berbanggalah, berpegangteguhlah pada agama-Nya. Karena sesungguhnya Dia memberi rahmat pada umat-Nya baik di duniamaupun di akhirat nanti. :)







Choosing a Husband



Question: What are the most important considerations a young lady should make when choosing a husband? If she refuses someone simply for economic or worldly reasons, will that expose her to the punishment of Allaah?
Response: The most important attributes that a woman must look for in selecting a husband are character and piety. Wealth and lineage are secondary considerations. The most important aspect is that the proposed groom be a person of piety and proper behavior. The person of proper behaviour and piety will not do his wife wrong. Either he will keep her in a way that is proper or he will leave her to go free in the best way.
Furthermore, the person of religion and behavior may be a blessing for her and her children. She may learn manners and religion from him. If he does not have those characteristics, she should stay away from him, especially if he is one of those who is lax with respect to performing the prayers or if he is known to drink alcohol, may Allaah save us. As for those who never pray, they are disbelievers. Believing women are not permissible for them nor are they permissible for the believing women. The important point is that the woman should stress character and piety. If he is also of a noble lineage, that is to be preferred. This is due to the Messenger of Allaah's (sal-Allaahu `alayhe wa sallam) statement:
«If a person whose religion and character you approve of comes to you, then marry him».
However, if he is also suitable [in other ways, such as economics standing and so forth], that is better.

source: Marriage Guide book

Shaykh Ibn 'Uthaymeen
Fataawa al-Mar.ah

Wednesday, February 13, 2013

Dengan atau Tanpa Musik?

-->
Saya termasuk tipe orang yang cenderung dapat berpikir lebih baik dalam keadaan tenang. Jika orang lain lebih sering belajar atau mengerjakan sesuatu dengan diiringi musik, maka saya berbeda. Adanya suara-suara dari luar cukup menghambat masuknya materi, proses penerimaan materi di dalam otak, dan keluarnya suatu ide atau isi pikiran dari pikiranku. Jadi saya cocok bekerja dengan cermat di situasi dan kondisi yang tenang, tanpa ada berisik suara-suara lain.
Di sisi lain, saya cukup sering merasakan bahwa otakku terlalu “manteng” ketika sedang memikirkan masalah-masalah yang cukup sulit. Agar tidak terlalu “manteng”, terkadang saya bekerja sambil mendengarkan musik. Memang hal itu membuat kerja menjadi sedikit lambat. Namun, di sisi lain suara musik membuat pikiranku sedikit rileks dan tidak terlalu tertekan.

Sang Mata Sedang Jengah

-->
Gunungpati, menjelang larut malam 14062012.
Sebenarnya bisa dikatakan perasaan saya sedang galau, meski pikiran saya tak mau menyebutnya “galau” hanya karena tak mau ikut-ikutan arus tren ‘galau’.  Dan setelah dirasa-rasa, memang saya tengah dirundung kegalauan. Galau karena mungkin merasa bosan atas aktifitas yang sudah saya lakukan seharian. Bukan aktifitasnya yang monoton. Bukan aktifitasnya yang tidak penting. Bukan pula karena aktifitasnya membosankan. Ada satu hal yang membuat saya cukup resah.
Entah datangnya dari mana, tiba-tiba saja sebuah pernyataan melintas di pikiran saya, “aku si Mata kok ngerasa bosan ya, dari tadi pagi kerja secara dominan terus.”
-####-
Setelah pernyataan itu mak-jleb di otakku, langsung deh si Perasaan merasa ngga enak. Si perasaan merasa pakewuh sama Mata. Si Perasaan yang gampang trenyuh dan pakewuh itu tanya sama si Otak, “coba diingat-ingat tadi aktifitas apa aja yang uda dilakuin sama si Pelaku kok sampai-sampai si Mata jadi bosan. Katanya ia jadi yang dominan mulu kerjanya.” 
“Yang aku ingat sih tadi Pelaku pagi-pagi setelah sarapan itu piket bersih-bersih, terus ngerjain skripsi sampai siang di depan lepi, dilanjutin keluar beli makan siang diterusin makan siang, kemudian di depan layar laptop lagi nonton sambungan film yang belum habis ditontonnya. Setelah itu dia tertidur. Ketika bangun, dia mematikan lepi dan pergi mandi. Sekitar jam lima sore ia membaca buku sampai dia makan malam. Setelah break makan malam, dia ngelanjutin membaca buku tadi. Ketika sedang membaca buku itu lah si Mata nyeletuk gitu,” urai Otak.
“Hmm..mungkin Mata sedang jenuh. Aktifitas Pelaku menuntut mata bekerja secara dominan sih,” kata Perasaan.
“Mau bagaimana lagi, semua aktifitas kan butuh Mata buat bekerja,” tukas Otak.
“Aku rasa tidak semua pekerjaan aktifitas didominasi mata tuh. Iya sih, tapi apa kamu udah memikirkan aktivitas lain yang bisa dilakuin pelaku biar Mata ga jenuh bekerja?” Tanya Perasaan.
“Sudah. Tapi sampai sekarang belum ketemu jawabannya,”jawab Otak, ”menggambar, tetap butuh dominan mata buat bekerja. Mendengarkan musik, masa’ hanya itu. Kalau ngobrol sama teman, Pelaku bilang dia sedang malas ngobrol, lagipula teman sekamarnya sedang sibuk sendiri.”
“Hmm.. lalu bagaimana ini?” Tanya Perasaan.
“Yah, mau bagaimana lagi. Akhirnya Pelaku lebih memilih membaca buku lagi daripada tidak melakukan apa-apa,” jawab Otak.
“Lalu bagaimana dengan Mata? Bukankah  dia sudah jenuh? Nanti tambah jenuh dia,” kata Perasaan.
“Sudahlah tak usah dipikirkan. Memang sudah tugasnya Mata selalu bekerja kalau Pelaku tidak sedang tidur. Mata hanya sedang jenuh, tidak kelelahan. Kalau dia sudah kelelahan dan ingin istirahat ya Pelaku akan tidur,” jelas Otak.
“Tapi aku tetap merasa kasihan dengan Mata,”kata Perasaan.
“Ah, kau terlalu mengandalkan perasaan,” Otak bilang.
“Kan aku memang Perasaan. Apa yang aku katakana ya tentang yang aku rasa,” Perasaan sedikit cemberut.
“Ah, iya ya kamu kan Perasaan. Hahahaa,” Otak menanggapi.
“Aku rasa Pelaku harus banyak bersyukur dia masih ditemani Mata dalam setiap aktifitasnya. Bayangkan kalau Mata sudah tidak mau bekerja lagi, Pelaku bisa kesusahan. Aku tak bisa lagi merasakan apa yang aku lihat. Kamu juga tak bisa lagi memikirkan apa yang kamu lihat,”kata Pelaku.
“Iya benar, meski Mata sudah tidak bisa bekerja dengan baik kalau tanpa bantuan kacamata,” Otak menimpali.
“Kalau begitu kita tidak boleh bosan mengingatkan Pelaku untuk menjaga Matanya biar Mata tetap bisa bekerja,”saran Perasaan.
“Wokke wokkee..,” jawab Otak.
-###-
Dan malam ini saya masih saja berperasaan galau. Bukan saya bosan beraktifitas, bukan saya jenuh beraktifitas, bukan saya sedang tidak mood. Tetapi galau karena salah satu anggota tubuh saya sedang merasa jenuh. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan agar ia tak jenuh dengan aktifitas yang saya lakukan. Sampai sekarang belum juga kutemukan ide aktifitas apa yang tidak menuntut mataku bekerja secara dominan. Ah, mata. Kau memang diciptakan untuk bekerja sepanjang waktu di mana saya sedang terjaga. Intensitas bekerjamu memang berbeda dari aktifitas satu ke aktifitas yang lain. Tapi hal-hal yang kebanyakan aku lakukan sekarang ini memang menuntutmu bekerja  secara dominan: mengetik, membaca, menulis, menggambar, menonton, dan sebagainya. Maka maafkanlah saya jika terkadang sampai membuatmu jenuh. Tapi ketahuilah wahai mata, ada beberapa anggota tubuh yang lain yang tetap bekerja 24 jam non stop seumur hidup saya, dialah jantung, paru-paru dan lain sebagainya. Mereka tetap bekerja baik ketika saya terjaga ataupun ketika saya tidur.  Jadi, yang sabar ya mata ya.. J

Let’s Wrap a Special Gift for Our Love

-->To wrap a gift, we have familiarized with box or tube which is wrapped with wrap paper. We have also familiarized with parcel. But now we will wrap our gift using this:

-->
Yup! A paper-bag. Sometimes when we buy something, we get paper-bag; when we join with a seminar, we get paper-bag; or when our relatives give something to us, they use paper-bag and we get paper-bag. We can re-use that paper-bag to wrap our gift.
So, what do we need to make over a paper-bag?
Follow the paths below. J
To make your paper-bag beautiful, you will need a paper-bag, a cloth (kain), a piece of paper, a glue, and a scissors.
Let’s take an action. (^^)/
Usually there are some words on a side of a paper-bag. We will cover the words using the cloths. So, first we need to cut the cloth about 3 cm for the width and 20 cm or more or less for the length (they depend on your personalizing).

-->
After you cut the cloth, it’s time to adhere the cloths on a side of paper-bag one by one horizontally (or vertically or diagonally up to you). To make it nice, it is better not to cover all the surface of the side. Just give the margin of the side.

-->Then, draw some letters on a paper, cut it and patch on the reverse side of a piece of your cut cloth. For example:
  -->The last action is patch the lettered cloth on the paper-bag, like this:
  -->
Tadaaaa!!! 
Well, it’s done. It’s a simple but nice paper-bag, right?
Now, we only need to put our gift into the bag. We can put it as it is, or we can also wrap it with the remains of the cloth.
Well done. The gift is ready to be given to your Mom, Dad, sister, brother, or friend. :)

-->
You can modify the way of cutting, patching, or decorating the paper-bag as your style, as what you want. It’s simple but amazing to be creative, isn’t it?
Do not limit yourself to make some new creations and innovations, Guys. Keep spirit!
CozyCraft :)