Thursday, March 21, 2013

From Zero to Hero


Formula "from zero to hero" ini aku dapat dari Pak Anif Sirsaeba ketika beliau menjadi pembicara di Kuliah Ahad Pagi di Masjid Ulul Albab UNNES kira-kira tahun 2009 yang lalu.

F  Jalan yang terbaik adalah jalanAllah.
Sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik menurut Allah. Dan bisa saja sebaliknya. Ketika kita menganggap sesuatu itu tidak baik, ternyata sesuatu itu baik menurut Allah. So, apapun yang terjadi setelah kita berusaha dan berdoa, ikhlaskan dan pasrahkan semuanya pada Allah.
F  Hijrah dari tempat yang tidak (kurang) propektif ke tempat yang lebih prospektif.
F  Strategi => cari kawan yang kompeten.
F  Berani BERGERAK ke takdir yang jauh lebih karena Allah.
·       Bergerak itu pasti ditolak, tapi jangan putus asa.
·       Jika tidak bergerak (statis), maka kita tidak akan sukses.
F  Jangan berlebihan dan jangan berkekurangan.
F  Kerjakan langkah yang ada di depan mata.
F  Kunci negoisasi dengan orang lain => cari informasi mengenai hal-hal yang disukai orang tersebut.
F  Berdoa.

Wednesday, March 20, 2013

Ujung Negoro Beach

A nature enchantment with a little trouble from human is shown in this photograph of Ujung Negoro beach. TThis is a beach located in Ujungnegoro, Batang Regency, Central Java. You can see the sand, the stones, the clean seawater, the unpoluted sky, the nature-planted trees and bushes there. You will not see any tourist and of course any trash in this beach .
(This picture was taken on the way from Semarang to Pekalongan on the New Kaligung train in the morning in 2009)


Pesona alam yang sedikit terkena sentuhan manusia tergambar dalam potret pantai Ujung Negoro, kabupaten Batang, Jawa Tengah. Tak ada turis ataupun pengunjung dan juga tak ada sampah di sana. Yang ada hanyalah laut, ombak, pasir, batu karang, pepohonan, semak belukar, serta langit yang bersih.
(foto ini diambil dalam perjalanan di KA Kaligung Semarang-Pekalongan pagi hari pada tahun 2009)

...

Wednesday, March 13, 2013

Jika Kecewa Datang

Terasa miris ketika membaca komentar-komentar di fanspage Batik TV.
Orang-orang yang marah karena kehilangan salah satu atau dua channel TV swasta memposting komentar dalam bahasa yang sangat tidak indah untuk dibaca dan dimasukkan ke dalam otak. Begitukah cara penyampaian kekecewaan orang-orang Pekalongan? Sungguh terkesan norak, tak berbudaya, tak berakhlak, tak beradab, tidak dewasa. :(
Ketika kenyataan tak sesuai dengan harapan yang ada, itulah masalah. Dan kemudian muncullah rasa kecewa, frustasi, sedih, bahkan marah. Rasa-rasa tersebut adalah hal yang lumrah untuk dialami seorang manusia. Semua orang--entah itu serang bayi umur seminggu; bocah SD kelas 3; remaja yang sedang dalam masa puber; orang dewasa, orang tua umur 60an, baik itu pedagang; tukang becak; pengajar; insinyur; pegawai bank; computer programmer; mantri; kyai; ataupun ibu rumah tangga dsb-- kadang merasakan perasaan-perasaan yang negatif seperti kecewa dan kawan-kawannya itu.  Semua orang di dunia sama-sama pernah merasakannya. Nama "perasaan"nya sama, tetapi kadar, sebab, cara mengelola perasaan, cara penyampaian perasaannya berbeda.

Kadar perasaan kecewa dekaka setiap orang berbeda. Berbeda karena tipe orang dalam menghadapi masalah itu berbeda-beda; dan berbeda karena tingkat kesukaran masalah juga berbeda. Ada tipe orang yang sangat cuek, cukup cuek, perhatian (terhadap apapun termasuk masalah), dan sangat perhatian (hingga bisa disebut sensitif-- yang kalau ada yang tidak beres sedikit langsung geger). Karakter-karakter orang seperti ini turut mempengaruhi kadar perasaan "negatif" seseorang. Bisa jadi masalah A adalah masalah yang cukup membuat kepala pening bagi XXX; sementara bagi YYY, masalah A adalah masalah krusial dalam hidupnya. Begitu pun tingkat kesukaran masalah. semakin ruwet masalah, semakin menjadi-jadi rasa kecewa dekaka seseorang.

Sebab seseorang merasakan "perasaan negatif" tentu saja tak bisa disamakan dengan orang lain. 

Cara mengelola perasaan dan penyampaian perasaan setiap orang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan kedewasaan, ke-IMTAQ-an (menurut saya), pola pikir, karakter, dan budaya yang dimiliki oleh seseorang. Semakin dewasa seseorang, semakin bijak ia mengelola dan memilih cara penyampaian masalah yang dihadapinya. Semakin merasuk iman dan taqwa seseorang, maka semakin tahulah ia bagaimana memanage perasaannya. Karakter pendiam akan membuat seseorang memendam apa yang dirasanya atau menyampaikan kepada pihak lain (mungkin saja dengan marah-marah kepada orang lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah itu, atau mendiamkan orang yang "dimarahi"nya itu alias melancarkan perang dingin); untuk orang yang berkarakter terbuka, mungkin saja ia akan menyampaikan apa yang dirasakannya langsung to the point kepada yang bersangkutan atau marah-marah, mengomel agar semua orang di dunia tahu apa yang sedang dirasakannya.

Setiap orang hidup berkubang masalah, baik sepele maupun gawat darurat. Jika tak ingin dianggap sebagai orang yang childish dan tak berbudaya, kontrol perasaan, jernihkan pikiran dan ambillah cara terbaik dan terhormat untuk menunjukkan "rasa" kita jika memang patut untuk ditunjukkan.
Apapun masalahnya, hati dan otak penentunya. Benar? :)


Saturday, March 9, 2013

Kucing (tak) Beradab

Menurut pengamatan saya (yang tentu saja masih sebatas pengamatan di lokasi-lokasi di mana saya berada) kucing jaman sekarang berbeda dengan kucing jaman dahulu. Bisa saya katakan bahwa kucing jaman dahulu  lebih "beradab" daripada kucing jaman sekarang.

Bagaimana tidak, kucing dahulu kalau buang hajat selalu mengais-ngais tanah dulu. Setelah acara 'hajatan' selesai ia akan menutupnya dengan tanah. Dengan begitu, makhluk-makhuk lain tak akan melihat dan membaui "hasil hajat"nya secara jelas. Jadi kucing dahulu mempunyai adab (meski lebih tepatnya "custom alias habitual atawa kebiasaan") buang hajat di mana adab itu sangat mencerminkan rasa toleransi, menghargai indra penglihatan dan penciuman makhluk lain.

Berbeda dengan kucing dahulu, kucing jaman sekarang seperti kehilangan "adab" atau kebiasaan yang baik dalam membuang hajat. Sering mata saya terperosok pada hasil hajat sang kucing yang berceceran nggak nggenah. Belum lagi aromanya yang sangat menusuk perut. Beuhh. Benar-benar tidak bisa bertoleransi dengan makhluk lain ini kucing. Geram tingkat Dewa.

Entah kenapa kucing jaman sekarang malah kurang "beradab" dari para pendahulunya. Apakah karena para pendahulunya itu tidak mengajarinya, tidak memberi contoh secara riil, atau karena kucing jaman sekarang susah dikasih tahu alias bawel yaa??