Tuesday, August 2, 2011

Abdullah and Aminah’s Love Story

Bismillah, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih kepada semua makhluk di dunia dan Maha Pengasih kepada yang beriman. Alhamdulilah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sholaallah ‘alannabiy Muhammad, shalawat serta salam terhatur kepada Sang Nabi Agung. Ust. J Syahban telah mendeskripsikan kisah-kisah kehidupan Aminah, ibunda Nabiyullah Muhammad SAW, dalam bukunya yang berjudul Aminah: The Flower of Mecca. Setelah membaca buku Ust. J Syahban, terbersit keinginan untuk menukil kisah cinta sepasang kekasih yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT, Abdullah dan Aminah. Maafkan saya yang telah lancang mencuplik beberapa bagian dari buku Anda, wahai Ust. J Syahban. Afwan, afwan jiddan. Cuplikan-cuplikan yang saya ambil merupakan bagian-bagian yang sangat menarik bagi saya dari sekian paragraf tentang perjalanan kisah cinta Abdullah dan Aminah dalam buku Aminah: The Flower of Mecca. Dikisahkan bahwa Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw, akan memenuhi nadzarnya mengurbankan salah satu dari keseuluh putranya. Dengan skenario Allah, yang terpilih adalah Abdullah, ayah Nabi Muhammad SAW. Dengan skenario Allah pula pengurbanan tersebut ditebus dengan penyembelihan 100 ekor unta.

....Meskipun pedang di tangan Abdul Muthalib sudah menempel di leher anaknya dan hanya tinggal sekali tebas, namun bila Sang Maha Penentu Awal dan Akhir kehidupan ternyata belum mengizinkan, maka tak akan ada kekuatan lain yang dapat menandinginya. Peran Abdullah masih dibutuhkan oleh Allah SWT untuk merealisasikan rencana-Nya....
...selain rupawan, figur Abdullah juga memiliki karakter pribadi yang mempesona. Tingkah lakunya terpuji bahkan kebaikannya paling menonjol di antara pemuda Quraisy lainnya.
...Nama Aminah memang dikenal banyak orang. Namun belum tentu mereka mengenali secara detail sosoknya. Kedua orangtuanya memingitnya agar tak hanyut dalam gemerlap keJahiliyahan...
...Aminah sendiri rupanya juga tidak keberatan mendapat protect ketat dari orangtuanya. Ia tidk khawatir akan menjadi perawan tua. Sebab, ia yakin penjagaan kesucian, kehormatan, dan kemuliaan pribadinya tidak akan menyulitkan masa depan dirinya...
...Jika Abdullah menjadi buruan para gadis, maka Aminah juga menjadi incaran oleh banyak pemuda...
...Di sisi lain, sama halnya Aminah yang tak mau terlibat dalam “perlombaan” para gadis untuk diperistri Abdullah, maka demikian juga Abdullah, ia juga tidak ikut menyiapkan diri “berlomba” meminang Aminah...
...Entah dorongan apa yang menyebabkan hati dan pikiran Aminah semakin berantakan begitu mendengar Abdullah yang terpilih. Padahal waktu itu ia sendiri tidak mempunyai hubungan istimewa denganAbdullah...
...Kontan saja perkataan yang meluncur dari mulut orang paling dihormati dan disegani di Mekkah itu membuat Wahhab dan Barrah sedikit bengong. Keduanya seakan tidak percaya. Wakti sepertinya begitu cepat melaju. Rasanya belum reda perbincangan di kalangan penduduk Mekkah mengenai nadzar Abdul Muthalib untuk menyembelih Abdullah, kini meminang Aminah...
...Hari bahagia pun tiba. Pernikahan Abdullah dan Aminah itu berlangsung pada sekitar tahun 569 M...
...”Lalu setelah engkau menikahiku, apakah ada wanita-wanita lain yang kau jadikan istri lagi?” tanya Aminah tetap dengan nada lembut tanpa terlihat emosi di wajahnya. Abdullah segera menyahut “Tidak.”...
...Tetesan air cinta Abdullah yang mengalir dalam diri Aminah ternyata langsung terbuahi. Ia dan istrinya telah berhasil melakoni peran sebagai penghantar sebuah proses agung penciptaan manusia yang dikendalikan langsung oleh Allah SWT...
...Mereka berdua semakin mesra. Apalagi setelah beberapa pekan Abdullah mengetahui ternyata haid pada diri istrinya berhenti...
...Namun kebahagiaan Abdullah hanya sesaat. Ia harus meninggalkan istrinya untuk bergabung dengan karavan perniagaan suku Quraisy yang akan melakukan perjalanan ke Syam...
...Sudah pasti Aminah sangat bersedih mengetahui rencana kepergian suaminya itu. Wajar, sebagai pengantin baru ia masih selalu ingin berdekatan dengan suaminya. Apalagi kini dalam rahimnya sudah tersimpan benih kasih sayang Abdullah. Keinginan untuk selalu bermanja-manja dan mendapat perhaian agak lebih dari sang suami sangat didambakan. Hal semacam itu barangkali semacam pembawaan bayi yang dikandungnya, bila seorang wanita hamil mempunyai obsesi untuk selalu diperhatikan suaminya...
...Tapi, apa oleh buat, profesi Abdullah memang di bidang perniagaan. Mau tak mau Aminah harus rela ditinggal pergi. Namun entah mengapa menjelang perpisahannya dengan suaminya, Aminah merasakan kesedihan yang mendalam. Ada semacam kekahawatiran dan kecemasan yang tiba-tiba menggelayuti dirinya...
...Suatu sore sat kafilah pedagang Quraisy memasuki kota Makkah, betapa cemas dan kecewaya Aminah karena suaminya tak terlihat di tengah-tengah rombongan itu...
...Abdul Muthalib pun berinisiatif mengutus putra sulungnya, Harist, untuk pergi ke Yastrib untuk menjemput Abdullah...
...Dalam perjalan pulang ke Mekkah dari Yastrib, Harist sudah dapat membayangkan betapa hancurnya hati Aminah maupun ayahnya...
...Gigitan luka itu sangat menyakitkan sekujur piiran dan hati Aminah. Lisannya terbungkam oleh beban kesedihan sehingga ia tak mampu berucap sepatah kata pun. Seluruh persendiannya seakan-akan lumpuh. Tubuhnya menjadi lemas karena dihantam rasa kehilangan pria yang sangat dicintainya...
-Aminah: The Flower of Mecca, by Ustadh J Syahban-