Friday, May 27, 2011

Balada Anak Kampus

Angkot (angkutan kota) merupakan alat transportasi yang sangat berarti bagi mahasiswa yang tidak bermotor di kampus macam saya. Meski banyak orang bilang katrok atau ngga elit, saya akan tetap naik angkot karena terlalu mahal jika saya harus naik taksi. Selain karena mahal, saya juga merasa pekewuh pada sopir taksi jika pak sopir harus capek-capek naik gunung hanya untuk mengantar saya ke kampus terdekat.


Sebagai angkutan umum, siapa saja bebas keluar-masuk dan menaiki kendaraan berseragam oranye atau hijau ini. Tentu saja dengan membayar upeti kepada sopirnya. Di situ, saya bertemu dengan orang lain yang kadang ada yang saya kenal tapi seringnya tidak saya kenal. Di situ pula, saya mencuri dengar hal-hal yang terjadi (masalah-masalah beserta opini-opini) di kehidupan masyarakat yang seringnya tidak saya dengar di kelas perkuliahan umum apalagi kelas prodi. Bermacam-macam hal yang saya dapat, ada obrolan mengenai naiknya harga pembuatan KTP, kasus pencurian di kos-kosan, masalah rumah tangga yang saya kira hanya terjadi di sinetron-sinetron, keluhan ibu-ibu yang punya kos, urusan perdagangan, deesbe. . niat hati sih kepingin mengabadikan itu semua dalam tulisan.Namun apalah daya kemampuan mengingatku tidak cukup baik, belum lagi tugas kampus yang seabrek yang menghalangiku menulis hal-hal semacam itu.

Menulis Memang Tak (Sepenuhnya) Mudah

Seringkali aku ingin memanfaatkan waktu luangku untuk menulis tapi jarang kesampaian. Bermacam-macam alasan menggelayut di pikiran, alasan tak ada ide lah, tak ada komputer lah, malas menulis tangan lah. Alasan-alasan sepele seperti itu jika tak di siasati memang sangat mengganggu proses kreatif menulis. Ide-ide atau pikiran-pikiran yang dipunyai jadi tak berbentuk. Ya, tak berbentuk tulisan. Hanya mengendap di pikiran dan bisa terlupakan.
Seringkali sebuah pikiran muncul ketika aku melihat suatu fenomena, kejadian, atau apapun yang terjadi di sekitarku. Seringkali pula aku ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan. Secara reflek aku mulai menyusun kata-kata dalam otakku dengan tujuan agar aku mudah menulisnya nanti. Akantetapi ketika aku berniat menulis, pikiranku seolah-olah berhenti. Kata-kata yang sudah aku susun menjadi buyar hingga keinginan untuk menulis terpendam lagi.
Memang seharusnya, jika kita memiliki ide atau pikiran yang ingin ditulis, kita harus menuliskannya langsung ketika ide itu muncul agar tak hilang dari ingatan. Namun, acapkali aku merasa sungkan untuk bergegas menulisnya hingga pikiran-pikiranku timbul-tenggelam berkali-kali. Sepertinya, dalam dunia tuis-menulis kedisiplinan juga diperlukan.
Satu hal lagi yang sering membuatku menunda bahkan menggagalkan diri untuk menulis yaitu kepercayaan diri. Ketika memiliki ide, ide tersebut berulangkali muncul di benakku dan aku memikirkan apa komentar orang jika membaca tulisanku itu padahal belum ada satupun kata yang kutulis mengenai ide itu. Mungkin aku tak cukup percaya diri untuk menulis gagasanku sendiri. Entah mengapa bisa seperti itu.
Meskipun bagiku menulis itu masih sulit, alhamdulillah aku sudah menuangkan beberapa gagasanku dalam bentuk tulisan. ^ ^

Saturday, May 21, 2011

Spectacular Sun

This is a video of sun taken from
http://www.space.com/11469-spectacular-sun-sdo-year-video.html


Asmaradhana

Berikut ini bukanlah puisi, melainkan potongan macapat.

“Sigaraning wong akrami dudu brono,
Dudu warno, among ati pawitane.
Luput pisan keno yen gampang luwih gampang
Yen angel kelangkung tan keno tinumbas arto.”

Pegangan berumah tangga bukan harta dan penampilannya,
Hanya kemantapan hati modalnya.
Jodoh digariskan sekali seumur idup.
Bila belum ditakirkan, sangat sukar terlaksana,
Bahkan tak terbeli dengan harta.