Thursday, July 21, 2011

Menjadi Guru Favorit

Sebagai calon guru -- cieh..cieeehhh..-- lagi semangat-semangatnya nih nyari opini atau apapun yang berkaitan sama guru-pendidikan-sekolah-siswa. Waktu buka halaman pendidikan di portal Wikimu.com nemu tulisan ini:

Membangun Suasana Menyenangkan; Kiat Menjadi Guru Favorit

Jumat, 03-06-2011 09:09:08 oleh: Akhmad Muhaimin Azzet



Siapa saja pasti akan merasa senang bila berada dalam suasana yang menyenangkan. Orang yang pandai membangun suasana yang menyenangkan dalam sebuah hubungan, juga pasti akan disenangi oleh banyak orang. Demikian pula dengan guru hendaknya pandai membawa membawa suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam banyak kesempatan, penulis sering mengamati bahwa ternyata guru favorit atau yang banyak disenangi oleh murid-murid adalah seorang guru yang menyenangkan. Seorang guru yang menyenangkan adalah seseorang yang mempunyai kepribadian sebagai berikut:

a. Memahami Kebutuhan Anak Didik

Guru yang dicintai oleh murid-muridnya adalah yang bisa memahami kebutuhan anak didiknya dengan baik. Orang yang demikian biasanya senantiasa mengedepankan dialog atau keterbukaan. Dalam hal ini, ia berusaha untuk bisa mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan anak didiknya berikut alasan atau sebab-sebabnya. Dengan demikian, ia bisa memahami apa yang menjadi kebutuhan anak didiknya.

Sebaliknya, guru yang tidak bisa memahami kebutuhan anak didiknya biasanya bersikap kaku dan tak mengenal kompromi. Ia merasa sebagai orang paling dewasa dari seluruh anak didiknya dan oleh karenanya harus selalu diikuti keinginan, pendapat, dan perintahnya. Guru yang semacam ini akan cenderung menjadi otoriter dan sudah barang tentu tidak disenangi oleh anak didiknya. Sebab, sudah menjadi sifat dasar setiap manusia akan merasa senang jika didengar dan dipahami kebutuhannya.

Dalam proses belajar mengajar memang sudah ada kurikulum yang menjadi panduan seorang guru dalam memberikan materi. Mengenai kurikulum dan materi pelajaran ini memang sudah seharusnya menjadi panduan yang mesti diikuti. Akan tetapi, dalam pelaksanaan yang berkaitan dengan komunikasi dan cara seorang guru menyampaikan materi pelajaran sangat dibutuhkan kemampuannya memahami anak didik secara langsung. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang mempunyai perhatian kepada anak didiknya bahwa mereka juga anak manusia yang mempunyai perasaan yang butuh dipahami. Bila hal ini dilakukan dengan baik, maka seorang guru akan dicintai oleh murid-muridnya.



b. Memberikan Penghargaan

Seorang guru yang dicintai oleh murid-muridnya adalah yang bisa memberikan penghargaan kepada murid-muridnya. Penghargaan yang dimaksudkan di sini tidak harus bermakna penghargaan yang berupa materi atau pemberian hadiah berupa barang. Penghargaan juga bisa diberikan hanya dengan kata-kata yang bermakna positif dan menyenangkan. Misalnya, pada saat seorang anak didik berhasil menyelesaikan pekerjaannya, seorang guru berkomentar, "Bagus sekali, ternyata kamu bisa menyelesaikannya dengan baik." Sudah tentu, sang anak akan merasa senang karena apa yang telah dilakukannya mendapatkan penghargaan dari gurunya.

Sebaliknya, apabila seorang anak didik telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, seorang guru berkomentar sebaliknya, "Mengerjakan begitu saja lama sekali, padahal ini sebenarnya sangat mudah." Mendengar komentar dari sang guru, sudah tentu murid yang dimaksud tidak merasakan senang di hati meskipun ia telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

Pembaca yang budiman, memberikan penghargaan sebagaimana tersebut sesungguhnya tidak sulit untuk dilakukan. Tidak membutuhkan biaya, namun yang dibutuhkan hanya ketulusan dari hati yang bersih untuk melakukannya. Oleh karena itu, sebagai guru yang ingin berhasil dalam melaksanakan tugas dan mengemban tanggung jawab yang mulia, sudah tentu akan berusaha untuk bisa memberikan penghargaan kepada anak didiknya.



c. Dapat Mengontrol Emosi dengan Baik

Menjadi seorang guru tidak selalu menghadapi murid-murid yang baik, penurut, anteng, atau tidak pernah iseng. Ada saja dari murid-murid yang justru sikapnya bisa memancing kemarahan gurunya. Maka, guru yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik, dia terpancing untuk memarahi anak didiknya. Apalagi bila sebelum berangkat untuk mengajar ia sudah ada ketidaknyamanan atau masalah dari rumahnya, seorang guru bisa mememberikan hukuman yang bahkan melebihi dari perbuatan muridnya yang dianggap salah oleh guru tersebut.

Berbeda dengan seorang guru yang bisa mengontrol emosinya dengan baik. Jika ada di antara muridnya yang melakukan perbuatan yang melanggar dari aturan sekolah atau kepatutan yang sedang berlaku, ia mencoba untuk memahami mengapa anak tersebut melakukan perbuatan itu. Sang guru akan dengan lembut memanggil anak tersebut lantas menanyainya dengan baik-baik. Dalam banyak kasus, justru perhatian seorang guru yang bertanya dengan baik-baik kepada anak yang bermasalah menjadikan mereka berhenti dari perbuatan tidak baiknya.

Mengedepankan sikap yang lembut jauh lebih bermanfaat daripada memberikan reaksi spontan dan kemarahan kepada anak didik yang melakukan kesalahan. Anak-anak yang didekati dengan kemarahan biasanya akan sulit benar-benar berhenti dari perbuatan tidak baiknya. Jika memang berhenti, biasanya tidak berangkat dari kesadarannya, melainkan karena dimarahi oleh gurunya. Berbeda sekali dengan anak yang diajak berbicara baik-baik, ia merasakan ada perhatian dari gurunya. Padahal, sudah menjadi sifat dasar setiap manusia jika diperhatikan akan merasa senang hatinya. Di sinilah sesungguhnya menjadi penting bagi seorang guru untuk dapat mengontrol emosi dengan baik agar para muridnya merasa senang, sehingga proses belajar mengajar pun dapat berjalan dengan baik.



d. Tidak Menjaga Jarak dengan Anak Didik

Guru yang dicintai oleh anak didik adalah guru yang tidak menjaga jarak dengan mereka. Tidak menjaga jarak yang dimaksudkan di sini adalah sengaja mendekatkan diri dengan anak didiknya untuk membangun keakraban. Sebab, tidak sedikit guru yang dengan alasan menjaga wibawa maka tidak mau dekat-dekat dengan anak didiknya. Atau, kalau dalam istilah sekarang, guru yang "jaim" (jaga image).

Meskipun tidak menjaga jarak adalah hal penting agar seorang guru dicintai murid-muridnya, bukan berarti seorang guru bergaul seakan tanpa batas dengan murid-muridnya. Misalnya, bergurau bersama dengan murid-murid sampai kelewat batas norma dan nilai yang berlaku, berdekatan secara fisik dengan anak didik yang berbeda jenis kelamin, atau saking dekatnya sehingga apa saja diceritakan kepada murid-murid, termasuk hal-hal yang semestinya adalah privasi.

Tidak menjaga jarak dengan anak didik bukan berarti seorang guru tidak profesional lagi dalam proses belajar mengajar. Dalam urusan yang satu ini, guru memang harus tetap tampil sebagai seorang yang mengelola proses belajar mengajar bersama murid-muridnya. Meskipun pengelola dalam proses belajar di kelas atau bahkan di luar kelas, seorang guru yang dicintai anak didiknya biasanya tetap bersahaja, tidak angkuh, atau merasa paling pintar sendiri. Ia mempunyai kepribadian yang terbuka, bisa menerima saran, atau bahkan kritik. Seorang guru yang demikian biasanya pula tidak pelit untuk mengucapkan mohon maaf dan terima kasih kepada anak didiknya.



Salam Pendidikan Indonesia,

Akhmad Muhaimin Azzet

Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18970

Menjadi Seorang Guru..

Setelah dibekali materi dan praktek mengajar di kelas dengan teman-teman sendiri sebagai siswa, akhirnya tanggal 8 Agustus 2011 mendatang aku harus praktek langsung alias magang di sekolah--berhadapan langsung dengan real students dan permasalahan proses belajar-mengajar. Berharap aku bisa mengajar dengan baik nantinya.^^. Wish me luck.

Tak terasa waktu pengabdianku sebagai hamba Allah yang hidup bersama hamba-hambaNya yang lain akan segera tiba.

http://iwansyahril.blogspot.com/ dalam http://pujiastutiunnes.wordpress.com/ menulis seperti ini:

kenapa “hanya” jadi guru?

kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka
bukankah kau bisa jadi insinyur yang mahsyur?
bikin bangunan megah dengan arsitektur yang wah
bangun jembatan penghubung ribuan pulau nusantara dan dunia

kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka
bukankah kau mampu menjadi dokter yang ternama
keluarga kan terpandang
harta benda berkelimpahan

kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka
bukankah kau calon pemimpin masa depan?
kau bisa jadi camat, bupati
bahkan kau bisa jadi menteri dan presiden sekalipun

kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka
bukankah kau bisa jadi pengusaha yang kaya raya?
kau bisa beli apa yang kau suka
tamasya bersama keluarga keliling dunia

kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka
bukankah kau ranking satu di sekolahmu?
kamu bisa jadi apa yang kau mau!
kenapa “hanya” jadi guru? tanya mereka

hey, kenapa tidak! jawabku
guru adalah profesi yang mulia
guru adalah profesi yang terhormat
guru adalah profesi yang ternama

hey, jangan kau lupa! jawabku
insinyur mahsyur karena ada guru yang mengajarnya
dokter ternama karena ada guru yang membimbingnya
pemimpin hebat karena ada guru yang melatihnya
pengusaha kaya karena ada guru yang mencerdaskannya

kerja guru adalah kerja kreatif dan dinamis
jangan kau pikir mudah mengajar puluhan manusia sekaligus
dengan cara yang menarik, menyenangkan dan mencerdaskan
tak semudah yang kau kira kawan

jangan mentang-mentang kau pernah jadi siswa di kelas
selama belasan atau puluhan tahun
lantas kau jadi sok ahli tentang cara pengajaran
jadi guru yang baik tak semudah itu kawan

seperti halnya insinyur,
butuh keahlian khusus jadi guru yang baik
seperti halnya pilot,
butuh latihan khusus jadi guru yang hebat

guru adalah seorang profesional
seperti halnya profesional lainnya
dokter, akuntan, pengacara
status sosial ekonomi guru selayaknya sama seperti mereka

karena itu jadi guru adalah sebuah kebanggaan
jadi guru adalah jadi seorang profesional
bukan sekedar “hanya”
sama sekali bukan

guru adalah inspirasi dalam menyikapi perkembangan jaman
guru adalah roh dari pergerakan nasional kebangsaan
guru adalah agen perubahan karakter warga negara
maka aku memilih jadi guru karena aku hendak mengubah dunia!